
Oleh: Hi. Irpan Tanjung, S.Ag., M.H.
Dalam ruang-ruang kelas sekolah, tak sedikit anak-anak merasa berat dengan pelajaran matematika. Rumus yang rumit, soal yang menjebak, dan angka-angka yang membingungkan sering kali menjadi momok yang menakutkan. Tidak jarang muncul keluhan: “Untuk apa belajar matematika sampai sejauh itu?”
Pertanyaan ini wajar. Sebab tak semua hasil belajar langsung tampak manfaatnya. Namun, setelah direnungkan dan ditelaah lebih dalam, ternyata matematika bukan sekadar alat hitung, tetapi sarana mendidik akal dan membentuk kepribadian.
1. Matematika: Latihan Akal dan Logika
Matematika melatih kita berpikir runtut, sistematis, dan konsisten. Soal matematika tak bisa diselesaikan dengan asal-asalan, melainkan dengan nalar yang terstruktur.
Islam sangat menekankan pentingnya akal. Dalam banyak ayat, Allah memuji orang-orang yang yatafakkarūn (berpikir), ya‘qilūn (menggunakan akal). Maka, belajar matematika adalah salah satu bentuk syukur atas nikmat akal.
“Allah menciptakan akal bukan untuk disia-siakan, tapi untuk ditajamkan dan digunakan.”
2. Matematika Ada di Sekitar Kita
Kita menggunakan matematika setiap hari tanpa disadari:
Mengatur waktu = konsep deret
Mengelola keuangan = logika untung-rugi
Memasak = ukuran dan proporsi
Membangun = perhitungan volume dan sudut
Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
> وَكُلُّ شَيْءٍ عِندَهُ بِمِقْدَارٍ
“Dan segala sesuatu di sisi Allah ada ukurannya.” (QS. Ar-Ra’d: 8)
Alam semesta ini bergerak dalam harmoni angka, ukuran, dan keteraturan. Maka mempelajari matematika adalah bagian dari mengenali sunatullah.
3. Matematika Mendidik Karakter
Ilmu ini membentuk karakter penting:
Ketelitian, karena kesalahan kecil bisa berdampak besar
Kejujuran, karena jawaban tak bisa dimanipulasi
Ketekunan, karena soal sulit butuh kesabaran dan konsistensi
Inilah nilai-nilai dasar yang juga diajarkan dalam Islam. Matematika bukan hanya soal benar-salah, tapi juga soal sikap.
4. Bekal Masa Depan
Matematika adalah dasar dari berbagai kemajuan:
Teknologi dan informatika
Teknik dan konstruksi
Ekonomi dan keuangan
Sains dan penelitian
Negara-negara maju tak lepas dari penguasaan matematika. Tanpa logika dan hitungan yang tepat, peradaban tak akan berkembang.
5. Jejak Ulama dalam Dunia Matematika
Para ilmuwan Muslim terdahulu adalah contoh teladan:
Al-Khawarizmi – perintis ilmu aljabar
Al-Biruni – ahli ukur dan astronomi
Umar Khayyam – pakar geometri dan penanggalan
Mereka tidak belajar matematika untuk ujian, tapi sebagai bentuk tafakur atas kebesaran Allah.
Kesimpulan
Matematika bukan sekadar angka, ia adalah bahasa logika dan ketertiban, yang mengajarkan kita berpikir, menyusun solusi, dan mengerti harmoni kehidupan.
Maka, daripada membenci matematika, lebih baik kita mengubah cara pandang: dari keterpaksaan menjadi kekaguman. Sebab melalui matematika, kita bisa lebih mengenal keindahan ciptaan-Nya, dan melatih diri untuk menjadi insan yang cerdas, jujur, dan tangguh.
“Belajar matematika adalah belajar berpikir, dan berpikir adalah bagian dari mensyukuri nikmat akal.”
