Banggai – Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) sebagai salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) terus diperkuat keberadaannya di berbagai daerah. Organisasi yang menaungi puluhan thariqah mu’tabarah ini memiliki peran penting dalam menjaga, membina, serta mengembangkan ajaran tasawuf di tengah umat Islam, khususnya warga Nahdliyin.
Secara nasional, JATMAN menghimpun tidak kurang dari 43 thariqah mu’tabarah, di antaranya Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Tijaniyah, Syattariyah, dan Zainiyah. Seluruh thariqah ini diakui karena sanadnya bersambung hingga Rasulullah ﷺ serta ajarannya tidak bertentangan dengan syariat.
Ketua JATMAN NU Banggai, KH. Munif, dalam pertemuan dengan pengurus Cabang NU Banggai di Kantor PCNU Banggai, Ahad 31 Agustus 2025, menegaskan pentingnya peran JATMAN dalam kehidupan Nahdliyin.
“Kami akan mengembangkan dan menyosialisasikan JATMAN kepada warga Nahdliyin. Karena sisi spiritualitas NU ada di JATMAN. Jadi JATMAN adalah roh NU,” ujarnya dengan penuh semangat.
KH. Munif juga menegaskan, di tengah kondisi bangsa yang terus menghadapi tantangan serta dinamika politik dan sosial yang sering mengganggu bahkan mengancam semangat persatuan dan keutuhan bangsa, NU memiliki ciri khas dalam memadukan nilai kebangsaan dengan spiritualitas.
“Memadukan semangat kebangsaan dan semangat spiritualitas itu menjadi ciri khas NU dalam memandang bangsa ini secara utuh,” tegas KH. Munif.
Pernyataan ini mendapat sambutan baik dari para pimpinan NU Banggai. Rois Syuriah NU Banggai, KH. Muslimin Lahadji, SH, dan Ketua PCNU Banggai, Zulfan Kadim, sama-sama menegaskan dukungan mereka terhadap kehadiran JATMAN di Banggai.
“Keberadaan JATMAN di Banggai semoga akan memperkuat sisi spiritualitas warga NU Banggai, sehingga amaliyah dan tradisi keagamaan semakin kokoh,” ungkap Kiyai Muslimin.
Dengan adanya langkah ini, JATMAN Banggai berkomitmen untuk lebih aktif mengadakan kegiatan mujahadah, manaqiban, serta pembinaan tarekat agar jamaah NU dapat merasakan manfaat spiritual dari thariqah mu’tabarah yang diwariskan para ulama sufi.
