
Nusantara26.com – Kalau bicara soal organisasi Islam terbesar di Indonesia, pasti nama Nahdlatul Ulama (NU) langsung terlintas di pikiran. NU bukan cuma punya sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan, tapi juga punya “DNA” khas yang melekat sejak awal berdiri. DNA ini dirangkum dalam 7 kepribadian NU, atau dalam bahasa NU disebut tujuh khaslah.
Istilah ini pertama kali muncul di buku Ke-NU-an yang terbit tahun 1981 oleh PW Ma’arif NU DIY, dibuka dengan pengantar KH. Ali Maksum. Isinya bukan sekadar teori, tapi pedoman hidup bagi pengurus dan warga NU agar paham jati diri organisasi yang mereka cintai.
Nah, apa saja sih tujuh kepribadian itu? Yuk kita kupas satu per satu.
1. NU sebagai Perwujudan Sembilan Kebangkitan
NU berdiri dengan semangat tis’u nahadlat—sembilan kebangkitan. Isinya lengkap: kebangkitan syariat, ilmu pengetahuan, pendidikan, akhlak, persaudaraan, tolong-menolong, kemasyarakatan, ekonomi, sampai pembangunan.
Artinya, NU itu nggak cuma bicara soal agama, tapi juga soal kemajuan peradaban. Dari urusan masjid sampai pembangunan desa, semua masuk radar perjuangan NU.
2. NU sebagai Pengawal Syariat Islam
NU paham bahwa syariat Islam itu bukan sekadar aturan kaku, tapi jalan menuju kemaslahatan umat. Makanya, NU menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dengan cara yang moderat, damai, dan sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Forum bahtsul masail rutin digelar untuk membahas masalah-masalah terkini, dari ekonomi syariah sampai dunia digital. Dan yang jelas, NU tegas menolak radikalisme.
3. NU sebagai Pelembagaan Ide Ulama
Bagi NU, ulama itu gudang ide besar. Tapi ide saja nggak cukup—harus dilembagakan supaya bermanfaat luas. Itulah kenapa NU punya forum resmi seperti Muktamar dan Musyawarah Nasional untuk merumuskan pandangan yang relevan dengan zaman, tanpa meninggalkan akar tradisi.
4. NU sebagai Kekuatan Spiritual
NU punya “mesin rohani” yang kuat. Tradisi seperti tahlilan, yasinan, istighotsah, atau haul ulama bukan cuma ritual, tapi juga perekat sosial. Di tengah dunia yang makin sibuk dan materialistis, NU hadir untuk menjaga keseimbangan batin umat.
5. NU sebagai Pembawa Kemajuan
Siapa bilang NU kolot? Justru NU memadukan semangat kemajuan dengan tradisi. Lembaga Pendidikan Ma’arif, Universitas NU, sampai pemanfaatan teknologi digital adalah bukti nyata bahwa NU siap berjalan di depan dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.
6. NU sebagai Organisasi Perjuangan
Sejak Resolusi Jihad 1945, NU selalu ada di garda depan—dulu melawan penjajah, sekarang melawan kemiskinan, ketidakadilan, dan radikalisme. NU berjuang di jalur pendidikan, dakwah, sosial, dan advokasi kebijakan publik, sambil tetap jadi kekuatan moral yang menyejukkan.
7. NU sebagai Pembimbing Generasi Penerus
NU sadar bahwa masa depan bangsa ada di tangan anak muda. Itulah kenapa NU serius membina generasi penerus—bukan hanya cerdas secara akademis, tapi juga punya akhlak dan rasa cinta tanah air.
Penutup
Dengan tujuh kepribadian ini, NU bukan sekadar ormas keagamaan, tapi juga gerakan peradaban. Ia menjaga tradisi, mendorong kemajuan, dan membimbing umat agar tetap kuat menghadapi tantangan zaman.
Singkatnya, NU itu ibarat pohon besar: akarnya kuat di tanah tradisi, batangnya kokoh di tengah zaman, dan daunnya rindang memberi teduh untuk semua.
ditulis kembali oleh : Rastono Sumardi
Sumber asli : https://nu.or.id/fragmen/7-kepribadian-nu-dari-sembilan-kebangkitan-hingga-pembimbing-generasi-penerus-cxLax
