Tabayyun: Pilar Keselamatan untuk menghindari diri dari Musibah dan penyesalan

Posted by : admin April 15, 2025

Oleh: Hi. Irpan, S.Ag, M.H.
Penghulu Ahli Madya KUA Kec. Kotamobagu Barat.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian seorang fasik membawa suatu berita, maka telitilah (tabayyun-lah), agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu.”
(QS. Al-Ḥujurāt: 6)

Dalam ayat yang agung ini, Allah ﷻ mengajarkan kepada umat Islam satu prinsip fundamental dalam kehidupan sosial: kewajiban untuk melakukan tabayyun (verifikasi) terhadap setiap berita yang diterima, terlebih jika datang dari sumber yang tidak terpercaya.

Mengapa perintah ini begitu penting? Karena sebuah berita bukan sekadar rangkaian kata, tetapi bisa menjadi sebab munculnya prasangka, kebencian, bahkan kehancuran hubungan antar manusia. Berikut beberapa alasan kuat mengapa kita sebagai hamba beriman harus selalu mengedepankan tabayyun:

1. Berita Kejelekan Bisa Menyesatkan Perasaan dan Menghancurkan Hubungan

Sebuah berita tentang kejahatan atau keburukan seseorang bisa langsung membentuk opini buruk dalam benak kita. Tanpa verifikasi, kita bisa membenci, menjauhi, bahkan menyakiti atau menghancurkan reputasi seseorang. Lebih parah lagi, jika berita itu menyangkut diri kita secara langsung—mengancam nama baik, harta, atau keluarga—emosi kita akan mudah terpancing dan mendorong kita bereaksi gegabah.

Dalam banyak kasus, kebencian yang timbul dari berita yang belum tentu benar itu justru menghancurkan ukhuwah (persaudaraan), memutus silaturahim, dan menanamkan dendam yang berkepanjangan.

2. Motif di Balik Sebuah Berita Tidak Selalu Bersih

Tidak semua pembawa berita memiliki niat tulus. Bisa jadi si pembawa berita memiliki konflik pribadi, rasa iri, sakit hati, atau dendam tersembunyi terhadap orang yang menjadi objek berita tersebut. Maka sangat mungkin informasi yang ia bawa telah disusupi kebohongan atau bumbu-bumbu kebencian.

Berita yang sama bisa tampak positif atau negatif tergantung dari cara ia disampaikan dan siapa yang menyampaikannya. Maka seorang mukmin harus cerdas membaca motif dan latar belakang sumber berita sebelum menjatuhkan kesimpulan.

3. Setiap Berita Bisa Benar, Bisa Salah

Setiap informasi yang kita terima pasti memiliki dua kemungkinan: benar atau salah. Jika kita langsung mempercayainya tanpa klarifikasi, kita berisiko menjadi bagian dari dosa penyebaran fitnah. Apalagi jika berita tersebut bermuatan tuduhan atau celaan kepada orang lain yang belum tentu bersalah.

Bayangkan bila seseorang menyampaikan berita hanya untuk melampiaskan amarah, menjatuhkan, atau memfitnah. Lalu kita ikut menyebarkannya, memojokkan orang tersebut, dan membangun kebencian. Kemudian, saat kebenaran yang sebenarnya terungkap, kita hanya akan menuai penyesalan seumur hidup atas ketergesa-gesaan kita.

Tabayyun Menyelamatkan Kita dari Dosa dan Penyesalan

Sikap tabayyun bukan hanya menunjukkan ketelitian, tetapi juga mencerminkan ketakwaan dan integritas moral seorang Muslim. Ia mencegah kita dari menzalimi orang lain, menyebarkan hoaks, dan memperkeruh keadaan. Bahkan, dalam hadis Nabi Muhammad saw. disebutkan:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
“Hendaklah kalian selalu berkata jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke surga.”
(HR. Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607)

Sebaliknya, tergesa-gesa dalam menerima informasi tanpa verifikasi bisa menjatuhkan kita dalam dosa besar berupa kebohongan dan fitnah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad, Saw.

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menceritakan semua yang ia dengar (tanpa meneliti kebenarannya).”
(HR. Muslim no. 5)

Penutup: Bijak Menerima, Cerdas Menyikapi

Di era digital dan media sosial saat ini, kita dibanjiri jutaan informasi setiap hari. Sebagian besar dari informasi itu belum tentu benar, tapi bisa dengan cepat merusak citra, nama baik, bahkan kehidupan seseorang.

Karena itu, mari kita jadikan tabayyun sebagai budaya, bukan hanya kewajiban. Jangan mudah percaya, jangan mudah menyebar, dan jangan mudah menilai orang lain hanya berdasarkan berita yang belum tentu benar.

Jadilah mukmin yang adil, tenang, dan tidak tergesa-gesa. Karena dari situlah munculnya keselamatan dan keridhaan Allah.

RELATED POSTS
FOLLOW US