Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan rasa
syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan berbagai macam nikmat
yang setiap saat kita nikmati. Dengan bersyukur atas nikmat yang tidak bisa kita
hitung satu persatu ini, maka Allah akan terus menambah anugerah nikmat-Nya.
Jangan sampai kita menjadi kufur pada nikmat-nikmat ini sehingga Allah swt
mengambil nikmat dan menggantinya dengan balasan yang pedih.
Hal ini telah diingatkan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7:
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Selain syukur, mari kita juga menyampaikan shalawat kepada Nabi Muhammad
saw yang menjadi suri tauladan bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia ini
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah swt. Nabi Muhammad
adalah pembawa risalah ilahiyah yang mampu memberi syafaat kepada umatnya.
Dengan untaian shalawat, semoga kita termasuk umat yang akan mendapatkan
syafaatnya di akhirat nanti, amin.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada kesempatan ini, khatib berwasiat kepada para jamaah wabil khusus kepada
diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt
dengan wujud nyata menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Takwa merupakan bekal yang penting dalam mengarungi
kehidupan dunia yang semakin lama semakin komplek dan berubah dengan sangat
cepat. Seiring perubahan yang cepat ini, tantangan dan ujian pada ketakwaan dan
keimanan kita kepada Allah swt juga semakin banyak dan kuat.
Cepatnya perubahan yang terjadi di dunia ini di antaranya imbas dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini manusia
dimudahkan dengan berbagai penemuan seperti di bidang teknologi informasi di antaranya
mudahnya manusia berinteraksi dan bersosialisasi. Sebelum ditemukannya media
sosial, manusia berinteraksi secara manual dengan bertemu secara fisik. Namun
seiring perkembangan zaman dan berbagai piranti komunikasi, saat ini manusia
modern bisa berinteraksi tanpa harus bertemu fisik melalui media sosial
Kemudahan ini tentunya tidak boleh menjadikan kita menyepelekan makna dari
silaturahim secara fisik. Penting bagi kita untuk terus menguatkan silaturahim dan
komunikasi baik secara online maupun offline. Pasalnya, komunikasi dan
silaturahim yang dilakukan secara langsung dengan tatap muka bisa menguatkan
ikatan hati dan bisa menghindari kesalahpahaman. Silaturahim secara langsung juga
akan memperkuat hubungan antar individu dan menambah ikatan kekeluargaan
yang lebih erat. Allah berfirman:
Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya
pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu
saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS An-Nisa: 1).
Dalam ayat ini Allah menjelaskan dan menegaskan bahwa Nabi Adam dan Hawa
tidak diciptakan melalui proses evolusi hayati seperti makhluk hidup lainnya,
tetapi diciptakan secara khusus seorang diri, lalu diciptakanlah pasangannya dari
dirinya. Mekanismenya tidak dapat dijelaskan secara sains. Selanjutnya, barulah
anak-anaknya lahir dari proses biologis secara berpasangan-pasangan sesuai kehendak-Nya.
Dari fakta ini, Allah mengingatkan untuk saling menjaga hubungan kekeluargaan
Rasulullah juga dalam haditsnya mengingatkan kita untuk untuk bersosialisasi
dengan kontak secara langsung dalam bentuk berjabat tangan dengan banyak
manfaat yang akan didapatkan. Dalam sabdanya disebutkan:
Artinya: “Nabi Muhamad صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tidaklah dua orang muslim bertemu
lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya
berpisah,” (HR. Abu Dawud).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari hal ini kita semakin menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah makhluk komunal yang membutuhkan
orang lain untuk berinteraksi, bersosialisasi, dan berkomunikasi. Aktivitas ini akan
semakin menyatukan frekuensi tiap-tiap individu sehingga perbedaan pemikiran
yang dimiliki akan dapat disinkronisasi agar tidak muncul konflik-konflik yang
mengancam relasi.
Dengan komunikasi, kita juga akan menyadari bahwa setiap pribadi memiliki
karakter unik yang berbeda-beda. Setiap individu memiliki karakter dan
kecenderungan masing-masing dan untuk menyatukannya, maka wajib untuk
berkomunikasi dan silaturahim dengan baik. Jangan keragaman yang ada malah
tidak dikelola dengan baik sehingga memunculkan konflik-konflik. Untuk
menghindari konflik ini maka silaturahim dan saling memahami menjadi kunci
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsabangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Terlebih kita hidup di sebuah negara yang kaya akan perbedaan. Indonesia adalah
negara yang majmuk dan bhineka dengan berbagai macam perbedaan agama,
bahasa, suku, adat istiadat dan sebagainya. Ini akan menjadi potensi yang sangat
baik jika dikelola dengan komunikasi dan silaturahim. Namun sebaliknya bisa
menjadi sebuah ancaman jika tidak dikelola dengan baik di antaranya melalui
budaya silaturahim dan komunikasi.
Perbedaan adalah sunnatullah yang memang sengaja diciptakan oleh Allah swt.
sesungguhnya sangat mudah bagi Allah untuk membuat isi dunia ini dan manusia
yang menjadi khalifahnya sama. Namun Allah berkehendak lain yang sudah pasti
memiliki hikmah yang sangat penting. Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 99:
Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kalian (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah Jumat kali ini mengenai pentingnya komunikasi dan
silaturahim untuk menyatukan frekuensi dalam perbedaan karakter yang dimiliki
setiap individu. Oleh karena itu mari perkuat silaturahim yang jelas-jelas
diperintahkan oleh Rasulullah dan menjadi ciri orang-orang beriman.
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia
menyambung tali silaturrahim.” (HR Bukhari Muslim)
Sumber : LDNU Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara