Mengenal Sekte Satanisme Part 2

Posted by : admin June 4, 2024

Nusantara26.com – Kemarin kita membahas bagaimana Iran sibuk menangkap “setan” dan menjebloskannya ke penjara, serta kisah awal Sekte Satanisme. Kali ini, kita lanjutkan ceritanya.

Di Indonesia juga pernah terjadi kegemparan dengan kasus yang hampir serupa, meski tidak persis sama. Jika di Amerika dan negara-negara Eropa sibuk dengan urusan satanis dan penyihir, di Indonesia sibuk dengan urusan sihir hitam dan santet yang dipercaya sebagai kerja sama antara dukun dan setan. Peristiwa yang terjadi pada bulan Oktober 1998 itu dikenal dengan geger Santet Banyuwangi, di mana 174 orang yang diduga sebagai dukun santet kehilangan nyawanya.

Namun, apakah satanisme benar-benar semengerikan itu hingga harus disingkirkan? Apakah benar ada pengorbanan manusia, ilmu hitam, minum darah janin bayi yang dipersembahkan, atau ritual pesta seks seperti yang pernah diceritakan Mongol dalam stand-up comedy-nya yang mengaku pernah ikut sekte satanis di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebuah film dokumenter berjudul “Hail Satan?” memberikan sedikit gambaran bahwa banyak hal buruk yang sering diisukan tentang satanisme ternyata hanya sekedar teori konspirasi belaka. Hal yang jarang diketahui publik adalah bahwa aliran satanisme ini memiliki dua golongan, yaitu teistik dan ateistik.

Satanisme tradisional tergolong teistik karena mereka mempercayai keberadaan setan dan menyembahnya sebagai dewa. Aliran satanisme tradisional ini pernah muncul pada zaman Mesir kuno hingga Yunani kuno. Dulu, penganutnya kebanyakan para tukang sihir yang melakukan ritual pengorbanan dalam upacara satanisme, baik itu pengorbanan hewan atau manusia. Lambang yang digunakan oleh para penganut satanisme tradisional adalah dewa Romawi kuno yang disebut Baphomet dan lambang pentagram. Meski keberadaan satanisme tradisional dikatakan sudah tidak ada lagi, penggunaan lambang Baphomet dan pentagram masih sering digunakan sebagai simbol satanisme yang cukup universal.

Sementara itu, satanisme modern yang sekarang eksis sebenarnya tergolong ke dalam aliran ateistik. Mengapa ateistik? Karena mereka tidak menyembah Tuhan. Para satanis modern yang asli memang tidak menyembah Tuhan, tetapi mereka juga tidak menyembah setan, bahkan tidak mengakui keberadaan setan. Mereka pun tidak mengakui adanya kehidupan setelah mati, kehidupan gaib, dan apapun yang tidak sesuai logika. Hal ini jelas membantah stereotip yang melekat pada satanis bahwa mereka menyembah setan, karena kenyataannya mereka tidak menyembah apapun.

Lalu, apa yang dimaksud dengan setan dari kalimat satanisme? Sejak kecil, mungkin kita diajarkan tentang sifat setan yang digambarkan dalam berbagai literatur keagamaan: setan adalah sosok yang sombong, merasa dirinya lebih tinggi dan lebih baik dari siapapun, menolak tunduk dan patuh, serta selalu mempertanyakan wewenang yang ada. Sifat inilah yang dimiliki oleh para satanis di seluruh dunia sebagai pandangan hidup mereka—menuhankan dirinya sendiri dan nafsu alamiah manusia. Bagi para satanis, setan hanyalah lambang bagi mereka yang menentang Tuhan dan memusuhi agama. Di sisi lain, satanisme juga dianggap sebagai agama darwinistis sosial yang berupaya membela hak-hak golongan terkuat untuk menguasai yang lemah, karena itulah cara manusia untuk maju sebagai makhluk biologis, sehingga tetap memelihara perannya sebagai ujung tombak evolusi sosial dan alami.

Pelopor satanisme modern adalah Aleister Crowley, yang berjuluk The Beast. Sejak kecil, ia tidak tertarik untuk sekolah dan lebih memilih bergabung dengan organisasi Secret Order of the Golden Dawn pada tahun 1898. Aleister sudah mencoba untuk menghubungi setan, lalu pada tahun 1900 pergaulannya meluas hingga ke elit Inggris, bangsawan, keluarga kerajaan, dan pemimpin politik Freemason. Ia kemudian diajarkan pengetahuan tentang pemujaan setan. Aleister mulai mengelilingi dunia bersama Rose, istrinya. Keduanya sampai di Kairo, Mesir pada tahun 1904 dan melakukan ritual bersama di piramida. Suatu ketika, Rose kesurupan dan berkata pada Aleister bahwa anak Osiris, sang dewa perang Horus, sudah menunggunya. Sejak momen kesurupan itu, Aleister bisa menggambar sketsa makhluk yang menghubunginya. Ia bernama Lam, utusan dari Horus. Lam memberikan instruksi kepada Aleister untuk duduk di depan meja selama tiga hari berturut-turut. Ketika Aleister melakukannya, tubuhnya diambil alih dan tangannya bergerak sendiri menuliskan pesan-pesan dari setan yang kemudian menjadi buku “The Book of Law”. Buku tersebut memuat aturan undang-undang yang sederhana yang mengatur tingkah laku penganut satanis, yaitu “Lakukan apa pun kehendakmu. Cinta adalah hukum, cinta di bawah kehendak. Tidak ada hukum yang melebihi kehendak,” yang konon diberikan oleh Horus kepada Aleister melalui Lam.

Penulis : Bangros – Satupena 

RELATED POSTS
FOLLOW US