Nusantara26 – Pengalaman mengesankan di ujung tahun. Saat mandi di pantai Samudera Indah Bengkayang, badan sempat digulung ombak. Badan menggelinding dalam air. Untung tak diseret ke tengah lautan. Cepat berdiri dan menjauh dari deburannya. Coba diperiksa, kulit tangan kanan sedikit lecet, dua telinga dipenuhi pasir, baju sampai celana dalam berlumuran pasir. Begitu juga rambut berhias butiran putih. Mau dicuci di air laut, sudah takut. Akhirnya memutuskan, setop mandi di laut. Bergegas ke tempat pembilasan dengan kondisi sudah goyang. Dalam kamar kecil, semua pasir disiram air tawar. Rambut disampo. Semua pakaian dilepas, ups maaf sedikit porno. Disiram dari atas rambut sampai ujung kaki. Tak ada lagi sebutir pasir melekat. Semua bersih seperti sedia kala. Asinnya air laut hilang oleh guyuran air tawar.
“Mulai sekarang, jangan mandi lagi di laut!” ancam istri karena saking sayangnya. I love you beb.
Padahal, waktu SD biasa mandi di pinggir pantai. Apalagi rumah orang tua dekat dengan pantai. Biasa mandi, mencari ikan di muara, mencari kepiting, menjala ikan, dll. Kenapa sampai digulung ombak? Karena, sudah lama tak mandi lagi. Lagian, ombak di Desember memang besar. Bukan hanya saya, senior yang ikut mandi bersama juga sempat dihempas deburan ombak. Ombak ganas memang sulit ditaklukan.
Apa makna cerita ombak laut di atas? Ombak lautan bisa menjadi ganas. Bisa juga bersahabat. Semua tergantung angin. Bila angin kencang, ombak juga menjadi ganas. Bila angin sepoi, ia juga menjadi lembut. Mirip dengan api, kecil jadi kawan, besar menjadi lawan. Ombak ganas, angin kencang, api membara, bisa ditaklukan dengan teknologi. Dengan teknologi, manusia bisa berlayar di Samudera Pasifik. Tak ada peduli badai dan ombak besar, tetap bisa mengarungi.
Jepang yang sering dihantam tsunami, ombak raksasa, terus membangun dinding pemecah tsunami di pinggir pantainya. Dinding itu setinggi 14,7 meter. Ketika tsunami datang, dinding ini dulu menahan, sebelum menenggelamkan warga dan pemukiman. Sementara warga diungsikan di gedung tertinggi dekat pantai. Teknologi bisa memimalisir korban dari ganasnya ombak.
Ombak bisa dijinakkan dan menghasilkan energi baru terbarukan (renewable energy). Ombak bisa menghasilkan listrik. Ombak besar jadi lokasi favorit peselancar.
Begitu juga angin badai kencang. Sering merubuhkan pemukiman. Memporakporandakan kota. Bisa dimininalisir dengan bantuan satelit. Satelit bisa mendeteksi akan adanya ancaman badai dahsyat. Warga harus dievakuasi dalam radius sekalian kilometer. Bisa dibayangkan bila tak ada satelit, orang tak bisa tahu kapan badai datang. Tahu-tahunya datang di saat tak ada persiapan, ya habis.
Di balik ancaman angin, bisa menjadi energi. Banyak listrik dihasilkan dari angin ini. Tapi, angin puting beliung sampai saat ini belum ada teknologi bisa menaklukannya. Baru sebatas bagaimana cara menghindarinya. Buat bunker dalam tanah.
Api membara bisa ditaklukan dengan teknologi. Lahirlah pemadam kebakaran dengan aneka jenis alat dan keahlian personelnya. Bisa dibayangkan, bila api melahap satu ruko di pasar, bila tim Damkar terlambat saja, satu areal pasar bisa ludes. Ente bisa membayangkan ndak bila lantai 160 Burj Khalifa terbakar, gimana tim Damkar menjangkaunya. Tentu semua sudah dipikirkan.
Ombak, angin, api, bisa menjadi bencana di saat manusia tidak siap. Ketika sudah siap dengan teknologi, bisa diminimalisir dampaknya. Saya senang dengan pemikiran orang Jepang. Setiap bencana yang datang, itu melahirkan ilmu dan teknologi baru. Artinya, setiap bencana dipelajari dengan saksama. Kenapa bisa terjadi, apa penyebabnya, bagaimana cara mengatasinya, teknologi apa bisa melawannya, bagaimana agar tak terjadi lagi, wah banyak yang dipikirkan. Dari berpikir itulah, Jepang jagonya dalam hal tsunami dan mengantisipasi gempa bumi. Dari bencana melahirkan ilmu dan teknologi yang berguna bagi manusia di negara lain.
Lalu bagaimana bencana diakibatkan oleh peristiwa politik? Akibat salah kebijakan, salah pilih pemimpin menyebabkan banyak rakyat kecil menderita. Banyak orang merasa dizalimi. Bagaimana cara mengatasi bencana politik seperti itu? Apakah ada teknologi bisa membendungnya? Berat untuk dijawab wak. Soalnya badan masih letih habis digulung ombak. Selamat liburan untuk semua. Selamat natal bagi yang merayakan and Happy New Year.